KEUTAMAAN KOTA SUCI MEKKAH
Oleh
Ustadz Ashim bin Musthafa
Setiap kaum Muslimin mengetahui, Mekkah merupakan tempat yang sangat
mulia. Setiap muslim memiliki impian untuk bisa menjejakkan kaki di kota
itu. Baik untuk mengerjakan ibadah haji ataupun umrah saja. Kerinduan
bertandang ke sana tetap besar, terlebih bagi orang yang pernah
merasakan kenikmatan berada di kota suci tersebut.
Keutamaan yang disandang kota suci Mekkah, dapat dilihat dalam
dalil-dalil Qur`an ataupun as Sunnah shahihah. Kota Mekkah tidak seperti
kota-kota lain di atas bumi ini. Kota ini menyandang kemuliaan dan
kehormatan, yang tidak direguk oleh tempat lainnya, sekalipun Madinah.
Berikut beberapa dalil yang menunjukkan kemulian kota tersebut.
1. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan Mekkah sebagai kota
suci, yakni sejak penciptaan langit dan bumi. Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda pada hari penaklukan kota Mekkah :
إِنَّ هَذَا الْبَلَدَ حَرَّمَهُ اللَّهُ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ
وَالْأَرْضَ فَهُوَ حَرَامٌ بِحُرْمَةِ اللَّهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Sesungguhnya kota ini, Allah telah memuliakannya pada hari
penciptaan langit dan bumi. Ia adalah kota suci dengan dasar kemuliaan
yang Allah tetapkan sampai hari Kiamat “. [1]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ رَبَّ هَٰذِهِ الْبَلْدَةِ الَّذِي
حَرَّمَهَا وَلَهُ كُلُّ شَيْءٍ ۖ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ
الْمُسْلِمِينَ
“Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekkah)
Yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan
aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”
[an Naml/27:91].
Dengan seizin Allah, Mekkah akan tetap dalam perlindunganNya, dan
menjadi negeri aman tenteram. Hal ini sebagai wujud Allah telah
mengabulkan doa Nabi Ibrahim. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الْأَصْنَامَ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata : “Ya Rabb-ku, jadikanlah
negeri ini (Mekkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak
cucuku daripada menyembah berhala-berhala”. [Ibrahim/14:35]
Perlindungan Allah terhadap kota Mekkah, dan khususnya Ka’bah, telah
dibuktikan. Sebagai contoh, Allah telah menjaga Ka’bah dari serbuan
pasukan gajah pimpinan Raja Abrahah yang bertekad menghancurkannya.
2. Kota Mekkah, merupakan tempat yang paling dicintai oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seandainya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak terusir dari kota itu, niscaya beliau tidak akan
meninggalkannya. Ini tercermin dari sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam :
وَاللَّهِ إِنَّكِ لَخَيْرُ أَرْضِ اللَّهِ وَأَحَبُّ أَرْضِ اللَّهِ
إِلَى اللَّهِ وَلَوْلَا أَنِّي أُخْرِجْتُ مِنْكِ مَا خَرَجْتُ
“Demi Allah. Engkau adalah sebaik-baik bumi, dan bumi Allah yang
paling dicintaiNya. Seandainya aku tidak terusir darimu, aku tidak akan
keluar (meninggalkanmu)” [2]
3. Shalat di kota Mekkah, terlebih di Masjidil Haram memiliki derajat
nilai sangat tinggi, sebanding dengan seratus ribu shalat di tempat
lain. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
صَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ
“Satu shalat di Masjidil Haram, lebih utama dibandingkan seratus ribu
shalat di tempat lainnya”. [HR Ahmad, Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh
Syaikh al Albani]
Begitu pula masjid-masjid yang berada dalam batas tanah haram,
kendatipun tidak mendapatkan fadhilah pahala sebesar sebagaimana tertera
dalam hadits, tetapi shalat di dalamnya lebih afdhal, dibandingkan
shalat di luar tanah haram.
Dalilnya, seperti telah diterangkan oleh Syaikh al ‘Utsaimin, bahwa
ketika Rasulullah berada di Hudaibiyah yang sebagian berada dalam
wilayah tanah suci dan sebagian lainnya tidak, maka apabila mengerjakan
shalat, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di bagian yang
masuk tanah suci. Ini menunjukkan, shalat di tanah haram lebih utama,
namun tidak menunjukkan diraihnya keutamaan shalat di masjid Ka’bah.[3]
Dengan keutamaan yang dimilikinya, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
menetapkan hukum-hukum khusus berkaitan dengan kota Mekkah yang sarat
dengan berkah ini. Beberapa hukum berkaitan dengan kota Mekkah, di
antaranya :
a. Orang kafir diharamkan memasuki kota Mekkah.
Allah berfirman dalam surat at Taubah ayat 28 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَٰذَا
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik
itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun
ini …(tahun penaklukan kota Mekkah)”
Imam al Qurthubi berkata : “Diharamkan memberikan keleluasaan kepada
orang musyrik untuk masuk tanah Haram. Apabila ia datang, hendaknya imam
(penguasa) mengajaknya keluar wilayah tanah Haram untuk mendengarkan
apa yang ingin ia sampaikan. Seandainya ia masuk dengan
sembunyi-sembunyi dan kemudian mati, maka kuburnya harus dibongkar dan
tulang-belulangnya dikeluarkan”. [4]
b. Di kota Mekkah, siapapun dilarang berbuat maksiat.
Perbuatan maksiat di kota Mekkah, dosanya sangat besar daripada di tempat lain. Allah berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ
وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ الَّذِي جَعَلْنَاهُ لِلنَّاسِ سَوَاءً
الْعَاكِفُ فِيهِ وَالْبَادِ ۚ وَمَن يُرِدْ فِيهِ بِإِلْحَادٍ بِظُلْمٍ
نُّذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi manusia dari
jalan Allah dan Masjidilharam yang telah Kami jadikan untuk semua
manusia, baik yang bermukim di situ maupun di padang pasir dan siapa
yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zhalim, niscaya
akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih” [al Hajj/22:25]
[5]
Ayat ini, menurut penjelasan Syaikh as Sa’di, mengandung kewajiban
untuk menghormati tanah Haram, keharusan mengagungkannya dengan
pengagungan yang besar, dan menjadi peringatan bagi yang ingin berbuat
maksiat.[6]
c. Di tanah Mekkah diharamkan binatang buruan ataupun berusaha untuk
mengejarnya, juga dilarang menebang pohon liar, memotong durinya,
ataupun mencabut rerumputannya.
d. Barang temuan di tanah Haram tidak boleh diambil, kecuali bagi orang yang akan mengumumkannya selama-lamanya.
Dalil yang menunjukkan point (c) dan (d), yaitu sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
لَا يُعْضَدُ شَوْكُهُ وَلَا يُنَفَّرُ صَيْدُهُ وَلَا يَلْتَقِطُ
لُقَطَتَهُ إِلَّا مَنْ عَرَّفَهَا وَلَا يُخْتَلَى خَلَاهُ فَقَالَ
الْعَبَّاسُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِلَّا الْإِذْخِرَ فَإِنَّهُ
لِقَيْنِهِمْ وَلِبُيُوتِهِمْ قَالَ إِلَّا الْإِذْخِرَ
“Tidak boleh dipatahkan durinya, tidak boleh dikejar hewan buruannya,
dan tidak boleh diambil barang temuannya, kecuali bagi orang yang ingin
mengumumkannya, dan tidak dicabut rerumputannya. Al ‘Abbas
berkata,”Kecuali rumput idkhir, wahai Rasulullah.” [Mutafaqun ‘alaih]
[7]
Demikian keutamaan dan kemulian kota suci Mekkah dan sebagian
hukum-hukum yang telah ditetapkan syari’at. Dengan mengetahui perkara
ini, maka seorang muslim sudah semestinya bisa menjaga diri dari berbuat
maksiat. Tidak menodainya dengan perbuatan-perbuatan terlarang.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun X/1427H/2006.
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi
Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
________
Footnotes
[1]. HR al Bukhari, no. 3189; Muslim, 9/128, no. 3289, dan lainnya.
[2]. Hadits shahih riwayat at-Tirmidzi. Lihat Shahih Sunan at-Tirmidzi, no. 3925.
[3]. Majmu Fatawa, 12/395. Dikutip dari Fatawa li Ahlil-Haram, halaman 17.
[4]. Al Jami’ li Ahkamil-Qur`an, 8/96.
[5]. Penjelasan ayat ini, silahkan baca rubrik tafsir pada edisi ini.
[6]. Taisiril Karimir-Rahman, 536.
[7]. HR Al Bukhari, Kitabul ‘Ilmi, no. 104; Muslim, Kitabul Hajj, no. 1353. Teks hadits milik Muslim.